Kamis, 11 Juli 2019

Tags

HUT Polri Ke - 73 Kapolda Sulsel Himbau Agar Sulsel Aman Dari Kejahatan

Nuansa Terkini Makassar—  Dalam rangka Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ke-73 serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia. Khusus di Polda Sulsel sendiri, upacara peringatan HUT Polri diikuti oleh sekitar ribuan anggota Polri dan PNS Polri. Di lapangan Karebosi, Kota Makassar, Rabu (10/7/2019).
Dengan usia yang ke - 73 Tahun, Polri mengalami banyak perubahan di Indonesia, khususnya masalah keamanan. Dimata dunia internasional, Indonesia cukup membanggakan.


“Indonesia merupakan urutan ke sembilan teraman dari 10 negara di di Dunia. Hal itu berdasarkan hasil penelitian yang namanya gold up, ” kata Kapolda Sulsel, Irjen Pol Hamidin. Hamidin menyebut, khususnya di Sulsel relatif cukup kondusif dalam kurung waktu enam atau tujuh bulan terakhir. Itu diakuinya sejak dirinya menjabat Kapolda Sulsel.

“Termasuk saat pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Mahkamah Konstitusi (MK), situasi Sulsel relatif aman dan kondusif, ” sebut Hamidin saat ditemui usai upacara HUT Bhayangkara.
Kapolda mengaku bahwa hak aspirasi masyarakat dalam bentuk demonstrasi dan unjukrasa, itu bisa terlayani dengan baik. Kemudian, tidak ada unjukrasa yang berujung anarki.

“Namun yang menjadi persoalan adalah, kejahatan-kejahatan lain senantiasa ada. Memang tidak mungkin membuat kejahatan pada titik nol. Tidak ada teori seperti itu. Tetapi, menekan angka kejahatan menjadi seminim mingkin itu bisa saja, ” ucapnya.

Kapolda menegaskan, yang menjadi atensi pertama kejahatan yakni masalah narkoba. Narkoba di Sulsel disebutnya angkanya cukup tinggi. Senantiasa selalu tinggi.


“Jadi awal sebelum saya menjadi Kapolda Sulsel sempat turun sedikit. Saat ini turun kembali, ” kata Hamidin didampingi Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Dicky Sondani.
Yang harus di jaga menurut Hamidin, adalah pintu-pintu masuk di Sulsel. Misalnya, melalui Pelabuhan Parepare. Diperketat Pelabuhan Parepare, pelaku kemudian melalui Mamuju dan bahkan melalui Palu.
“Memang perlu bekerjasama dengan masyarakat sebanyak-banyaknya khusus kasus narkoba. Agar ada kerjasama yang baik dalam hal memberikan informasi, ” ungkapnya.


Hamidin menambahkan ada tiga komponen dasar dalam mencegah dan menanggulangi paham radikalisme yang berujung kasus terorisme di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Yang pertama menggandeng tokoh agama yang dianggap bisa masuk dan menyisipkan pesan moral kepada beberapa kelompok yang diduga radikal.

"Komponen kedua yakni Insidental, kita cukup berbahagia di Sulsel ini banyak mantan-mantan teroris yang sering berdialog dengan saya. Jadi mereka ini bagian dari keseharian kerja saya, mereka banyak memberikan informasi," jelasnya.

"Yang ketiga itu kita sebut aparatus yakni aparat yang konsen berdialog dengan para mantan teroris dan kelompok radikal. Kalau tiga komponen ini dijalankan Insha Allah akan menekan radikalisme dengan baik," lanjutnya.


Selain upaya pencegahan dan penindakan, Jenderal bintang dua ini menjelaskan perlu ada upaya pendampingan terhadap para keluarga korban dan pelaku kejahatan terorisme.

"Selama ini kita pikir mereduksi radikalisme itu cukup, ternyata tidak ada sisi lain yang kita lupa, beberapa waktu saya memberikan tali asih kepada keluarga Korban teroris itu jarang sekali kita perhatikan, ada janda, ada anak semata wayangnya yang orang tuanya ditembak itu beberapa waktu lalu kita berikan semacam tali asih sebagai bentuk kedekatan kita dengan mereka," terangnya.